Senin, 23 November 2009

Alangkah Indahnya Islam

Tema keindahan Islam sangat luas, panjang lebar sulit untuk diringkas dengan bilangan waktu yang tersisa. Sebelumnya, yang perlu kita ketahui adalah firman Allah.
إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللّهِ الإِسْلاَمُ

"Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam." (Qs. Ali Imran: 19)

Juga firman-Nya.
وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ الإِسْلاَمِ دِيناً فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ

"Barang siapa yang mencari selain Islam sebagai agama, maka tidak akan diterima." (Qs. Ali Imran: 85)

Jadi, agama yang dibawa oleh para nabi dan menjadi sebab Allah mengutus para rasul adalah dienul Islam. Allah mengutus para rasul untuk mengajak agar orang kembali kepada Allah. Para rasul datang untuk memperkenalkan Allah. Barang siapa menaati mereka, maka para rasul akan memberikan kabar gembira kepadanya. Adapun orang yang menentangnya, maka para rasul akan menjadi peringatan baginya. Para rasul diperintahkan untuk menegakkan agama di dunia ini.

Allah berfirman.
شَرَعَ لَكُم مِّنَ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحاً وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ اللَّهُ يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَن يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَن يُنِيبُ

"Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa, yaitu 'Tegakkan agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya.' Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)Nya orang yang kembali (kepada)-Nya." (Qs. Asy-Syura: 13)

Islam adalah agama yang dipilih Allah untuk makhluk-Nya. Agama yang dibawa Nabi merupakan agama yang paripurna. Allah tidak akan menerima agama selainnya. Jadi agama ini adalah agama penutup, yang dicintai dan diridhaiNya.

Allah berfirman.
يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَن يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَن يُنِيبُ

"Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada)-Nya." (Qs. Asy-Syura: 42)

Sebagian ahli ilmu mengatakan, Sebelumnya aku mengira bahwa orang yang bertaubat kepada Allah, maka Allah akan menerima taubatnya. Dan orang yang meridhoi Allah, niscaya Allah akan meridhoinya. Dan barang siapa yang mencintai Allah, niscaya Allah akan mencintainya. Setelah aku membaca Kitabullah, aku baru mengetahui bahwa kecintaan Allah mendahului kecintaan hamba pada-Nya dengan dasar ayat,
يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ

"Dia mencintai mereka dan mereka mencitai-Nya." (Qs. Al Maaidah: 54)

Ridha Allah kepada hambaNya mendahului ridha hamba kepada-Nya dengan dasar ayat,
رَّضِيَ اللّهُ عَنْهُمْ وَرَضُواْ عَنْهُ

"Allah meridhoi mereka dan mereka meridhoi-Nya." (Qs. At-Taubah: 100)

Dan aku mengetahui bahwa penerimaan taubat dari Allah, mendahului taubat seorang hamba kepada-Nya dengan dasar ayat,
ثُمَّ تَابَ عَلَيْهِمْ لِيَتُوبُواْ إِنَّ

"Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya." (Qs. At-Taubah: 118)

Demikianlah, bila Allah mencintai seorang manusia, maka Dia akan melapangkan dadanya untuk Islam. Dalam Shahihain, dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah bersabda. "Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya. Tidak ada seorang Yahudi dan Nasrani yang mendengarku dan tidak beriman kepadaku, kecuali surga akan haram buat dirinya." (Hadits Riwayat Muslim)

Karena itu, agama yang diterima Allah adalah Islam. Umat Islam harus menjadikannya sebagai kendaraan. Persatuan harus bertumpu pada tauhid dan syahadatain. Islam agama Allah. Kekuatannya terletak pada Islam itu sendiri. Allah menjamin penjagaan terhadapnya.

Allah berfirman,
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

"Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya." (Qs. Al-Hijr: 9)

Sedangkan agama selainnya, jaminan ada di tangan tokoh-tokoh agamanya.

Allah berfirman.
بِمَا اسْتُحْفِظُواْ مِن كِتَابِ اللّهِ

"Disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab." (Qs. Al Maaidah: 44)

Kalau mereka tidak menjaganya, maka akan berubah. Ia bagaikan sesuatu yang mati. Harus digotong. Tidak dapat menyebar, kecuali dengan dorongan sekian banyak materi. Sedangkan Islam pasti tetap akan terjaga. Karena itu, masa depan ada di tangan Islam. Islam pasti menyebar ke seantero dunia. Allah telah menjelaskannya dalam Al Quran, demikian juga Nabi dalam Sunnahnya. Kesempatan kali ini cukup sempit, tidak memungkinkan untuk menyebutkan seluruh dalil. Tapi saya ingin mengutip sebuah ayat.
مَن كَانَ يَظُنُّ أَن لَّن يَنصُرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ فَلْيَمْدُدْ بِسَبَبٍ إِلَى السَّمَاء ثُمَّ لِيَقْطَعْ فَلْيَنظُرْ هَلْ يُذْهِبَنَّ كَيْدُهُ مَا يَغِيظُ

"Barang siapa yang menyangka bahwa Allah sekali-kali tidak menolongnya (Muhammad) di dunia dan akhirat, maka hendaklah ia merentangkan tali ke langit, kemudian hendaklah ia melaluinya kemudian hendaklah ia pikirkan apakah tipu dayanya itu dapat melenyapkan apa yang menyakitkan hatinya." (Qs. Al-Hajj: 15)

Dalam Musnad Imam Ahmad dari sahabat Abdullah bin Amr, kami bertanya kepada Nabi, "Kota manakah yang akan pertama kali ditaklukkan? Konstantinopel (di Turki) atau Rumiyyah (Roma)?" Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, "Konstantinopel-lah yang akan ditaklukkan pertama kali, kemudian disusul Rumiyyah." Yaitu Roma yang terletak di Italia. Islam pasti akan meluas di seluruh penjuru dunia. Pasalnya, Islam bagaikan pohon besar yang hidup lagi kuat, akarnya menyebar sepanjang sejarah semenjak Nabi Adam hingga Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.

Islam adalah agama (yang sesuai dengan) fitrah. Kalau anda ditanya, bagaimana engkau mengetahui Robb-mu. Jangan engkau jawab, "dengan akalku," tapi jawablah, "dengan fitrahku." Oleh karena itu, ketika ada seorang atheis yang mendatangi Abu Hanifah dan meminta dalil bahwa Allah adalah Haq (benar), maka beliau menjawab dengan dalil fitrah. "Apakah engkau pernah naik kapal dan ombak mempermainkan kapalmu?" Ia menjawab, "Pernah." (Abu Hanifah bertanya lagi), "Apakah engkau merasa akan tenggelam?" Jawabnya, "Ya." "Apakah engkau meyakini ada kekuatan yang akan menyelamatkanmu?" "Ya," jawabnya. "Itulah fitrah yang telah diciptakan dalam dirimu. Kekuatan ada dalam dirimu itulah kekuatan fitrah Allah. Manusia mengenal Allah dengan fitrahnya. Fitrah ini terkandung dalam dada setiap insan. Dasarnya hadits Muttafaq 'Alaih. Nabi bersabda: "Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nashrani atau Majusi."

Akal itu sendiri bisa mengetahui bahwa Allah adalah Al-Haq. Namun ia secara mandiri tidak akan mampu mengetahui apa yang dicintai dan diridhoi Allah. Apakah mungkin akal semata saja dapat mengetahui bahwa Allah mencintai sholat lima waktu, haji, puasa di bulan tertentu? Karena itu, fitrah itu perlu dipupuk dengan gizi yang berasal dari wahyu yang diwahyukan kepada para nabi-Nya.

Sekali lagi, nikmat dan anugerah paling besar yang diterima seorang hamba dari Allah ialah bahwa Allah-lah yang memberikan jaminan untuk menetapkan syariat-Nya. Dialah yang menjelaskan apa yang dicintai dan diridhaiNya. Inilah nikmat terbesar dari Allah kepada hamba-Nya. Bila ada orang yang beranggapan ada kebaikan dengan keluar dari garis ini dan mengikuti hawa nafsunya, maka ia telah keliru. Sebab kebaikan yang hakiki dalam kehidupan ini maupun kehidupan nanti hanyalah dengan menaati seluruh yang datang dari Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.

Syariat Islam datang untuk menjaga lima perkara. Allah telah mensyariatkan banyak hal untuk menegaskan penjagaan ini. Islam datang untuk menjaga agama. Karena itu, Allah mengharamkan syirik, baik yang berupa thawaf di kuburan, istighatsah kepada orang yang dikubur serta segala hal yang bisa menjerumuskan ke dalam syirik, dan mengharamkan untuk mengarahkan ibadah, apapun bentuknya, (baik) secara zahir maupun batin kepada selain Allah. Oleh sebab itu, kita harus memahami makna ringkas syahadatain yang kita ucapkan.

Syahadat "Laa Ilaaha Illa Allah", maknanya: tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, ibadah hanya milik Allah. Ini bagian dari pesona agama kita. Allah mengharamkan akal, hati dan fitrah untuk melakukan peribadatan dan istijabah (ketaatan mutlak) kepada selain-Nya. Sedangkan makna syahadat "Wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah", (yakni) tidak ada orang yang berhak diikuti kecuali Muhammad Rasulullah. Kita tidak boleh mengikuti rasio, tradisi atau kelompok jika menyalahi Kitab Allah dan Sunnah Rasulullah. Maka seorang muslim, di samping tidak beribadah kecuali kepada Allah, juga tidak mengikuti ajaran kecuali ajaran Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Ia tidak mengikuti ra'yu keluarga, ra'yu kelompok, ra'yu jama'ah, ra'yu tradisi dan lain-lain jika menyalahi Al Quran dan Sunnah.

Dakwah Salafiyah yang kita dakwahkan ini adalah dinullah yang suci dan murni, yang diturunkan oleh Allah pada kalbu Nabi. Jadi dalam berdakwah, kita tidak mengajak orang untuk mengikuti kelompok ataupun individu. Tetapi mengajak untuk kembali kepada Al Quran dan Sunnah. Namun, memang telah timbul dakhon (kekeruhan) dan tumbuh bid'ah. Sehingga kita harus menguasai ilmu syar'i. Kita beramal (dengan) meneladani ungkapan Imam Malik, dan ini, juga perkataan Imam Syafi'i, "Setiap orang bisa diambil perkataannya atau ditolak, kecuali pemilik kubur ini, yaitu Rasulullah."

Telah saya singgung di atas, agama datang untuk menjaga lima perkara. Penjagaan agama dengan mengharamkan syirik dan segala sesuatu yang menimbulkan akses ke sana. Kemudian penjagaan terhadap badan dengan mengharamkan pembunuhan dan gangguan kepada orang lain. Juga datang untuk memelihara akal dengan mengharamkan khamar, minuman keras, candu dan rokok. Datang untuk menjaga kehormatan dengan mengharamkan zina, percampuran nasab dan ikhtilath (pergaulan bebas). Juga menjaga harta dengan mengharamkan perbuatan tabdzir (pemborosan) dan gaya hidup hedonisme. Penjagaan terhadap kelima perkara ini termasuk bagian dari indahnya agama kita. Syariat telah datang untuk memerintahkan penjagaan terhadap semua ini. Dan masih banyak perkara yang digariskan Islam, namun tidak mungkin kita paparkan sekarang.

Syariat telah merangkum seluruh amal shahih mulai dari syahadat hingga menyingkirkan gangguan dari jalan. Karena itu tolonglah jawab, kalau menyingkirkan gangguan dari jalan termasuk bagian dari keimanan, bagaimana mungkin agama memerintahkan untuk mengganggu orang lain, melakukan pembunuhan dan peledakan? Jadi, ini sebenarnya sebuah intervensi pemikiran asing atas agama kita. Semoga Allah memberkahi waktu kita, dan mengaruniakan kepada kita pemahaman terhadap Kitabullah dan Sunnah Nabi dengan lurus. Dan semoga Allah memberi tambahan karunia-Nya kepada kita. Akhirnya, kami ucapkan alhamdulillah Rabbil 'Alamin.

[Diambil dari situs almanhaj.or.id yang disalin dari Majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun VIII/1425H/2005M rubrik Liputan Khusus yang diangkat dari ceramah Syaikh Masyhur bin Hasan Alu Salman Tanggal 5 Desember 2004 di Masjid Istiqlal Jakarta]

***

Penulis: Syaikh Masyhur bin Hasan Alu Salman hafizhahullah

Artikel diambil dari Muslim.or.id: Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah - http://muslim.or.id
Silakan kunjungi alamat lengkap artikel ini: http://muslim.or.id/nasehat-ulama/alangkah-indahnya-islam.html

Jumat, 20 November 2009

Tafsir Ayat Kursi

Keutamaan Ayat Kursi

Semua surat dalam al-Qur'an adalah surat yang agung dan mulia. Demikian juga seluruh ayat yang dikandungnya. Namun, Allah ta'ala dengan kehendak dan kebijaksanaanNya menjadikan sebagian surat dan ayat lebih agung dari sebagian yang lain. Surat yang paling agung adalah surat al-Fatihah, sedangkan ayat yang paling agung adalah ayat kursi, yaitu di surat Al-Baqarah, ayat 255. Yang akan kita pelajari bersama dalam kesempatan ini adalah ayat kursi.

Ubay bin Ka'b radhiallahu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alahi wa sallam bersabda:

"Wahai Abul Mundzir (gelar kunyah Ubay), tahukah engkau ayat mana di kitab Allah yang paling agung?"

Aku menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih tahu."

Beliau berkata, "Wahai Abul Mundzir, Tahukah engkau ayat mana di kitab Allah yang paling agung?"

Aku pun menjawab,

اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ

Maka beliau memukul dadaku dan berkata, "Demi Allah, selamat atas ilmu (yang diberikan Allah kepadamu) wahai Abul Mundzir." (HR. Muslim no. 810)

Dalam kisah Abu Hurairah radhiallahu 'anhu dengan setan yang mencuri harta zakat, disebutkan bahwa setan tersebut berkata,

"Biarkan aku mengajarimu beberapa kalimat yang Allah memberimu manfaat dengannya. Jika engkau berangkat tidur, bacalah ayat kursi. Dengan demikian, akan selalu ada penjaga dari Allah untukmu, dan setan tidak akan mendekatimu sampai pagi."

Ketika Abu Hurairah menceritakannya kepada Rasulullah shallallahu 'alahi wa sallam, beliau berkata,

"Sungguh ia telah jujur, padahal ia banyak berdusta." (HR. al-Bukhari no. 2187)

Dalam kisah lain yang mirip dengan kisah di atas dan diriwayatkan Ubay bin Ka'b radhiallahu 'anhu, disebutkan bahwa si jin mengatakan:

مَنْ قَالَهَا حِينَ يُمْسِي أُجِيرَ مِنَّا حَتَّى يُصْبِحَ ، وَمَنْ قَالَهَا حِينَ يُصْبِحُ أُجِيرَ مِنَّا حَتَّى يُمْسِيَ

"Barangsiapa membacanya ketika sore, ia akan dilindungi dari kami sampai pagi. Barangsiapa membacanya ketika pagi, ia akan dilindungi sampai sore." (HR. ath-Thabrani no. 541, dan al-Albani mengatakan bahwa sanadnya bagus)

Dalam hadits yang lain, Nabi shallallahu 'alahi wa sallam bersabda:

مَنْ قَرَأَ آيَةَ الْكُرْسِيِّ دُبُرَ كُلِّ صَلاةٍ مَكْتُوبَةٍ لَمْ يَمْنَعْهُ مِنْ دُخُولِ الْجَنَّةِ، إِلا الْمَوْتُ

"Barangsiapa membaca ayat kursi setelah setiap shalat wajib, tidak ada yang menghalanginya dari masuk surga selain kematian." (HR. ath-Thabrani no. 7532, dihukumi shahih oleh al-Albani)

Disunnahkan membaca ayat ini setiap (1) selesai shalat wajib, (2) pada dzikir pagi dan sore, (3) juga sebelum tidur.

Tafsir Ayat Kursi

اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ

"Allah, tidak ada sesembahan (yang berhak disembah) selain Dia Yang hidup kekal serta terus menerus mengurus (makhluk)."

Allah adalah nama yang paling agung milik Allah ta'ala. Allah mengawali ayat ini dengan menegaskan kalimat tauhid yang merupakan intisari ajaran Islam dan seluruh syariat sebelumnya. Maknanya, tidak ada sesembahan yang benar untuk disembah selain Allah. Konsekuensinya tidak boleh memberikan ibadah apapun kepada selain Allah.

Al-Hayyu dan al-Qayyum adalah dua di antara al-Asma' al-Husna yang Allah miliki. Al-Hayyu artinya Yang hidup dengan sendirinya dan selamanya. Al-Qayyum berarti bahwa semua membutuhkan-Nya dan semua tidak bisa berdiri tanpa Dia. Oleh karena itu, Syaikh Abdurrahman as-Sa'di mengatakan bahwa kedua nama ini menunjukkan seluruh al-Asma' al-Husna yang lain.

Sebagian ulama berpendapat bahwa al-Hayyul Qayyum adalah nama yang paling agung. Pendapat ini dan yang sebelumnya adalah yang terkuat dalam masalah apakah nama Allah yang paling agung, dan semua nama ini ada di ayat kursi.

لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلاَ نَوْمٌ

"Dia Tidak mengantuk dan tidak tidur."

Maha Suci Allah dari segala kekurangan. Dia selalu menyaksikan dan mengawasi segala sesuatu. Tidak ada yang tersembunyi darinya, dan Dia tidak lalai terhadap hamba-hamba-Nya.

Allah mendahulukan penyebutan kantuk, karena biasanya kantuk terjadi sebelum tidur.

Barangkali ada yang mengatakan, "Menafikan kantuk saja sudah cukup sehingga tidak perlu menyebut tidak tidur; karena jika mengantuk saja tidak, apalagi tidur."

Akan tetapi, Allah menyebut keduanya, karena bisa jadi (1) orang tidur tanpa mengantuk terlebih dahulu, dan (2) orang bisa menahan kantuk, tetapi tidak bisa menahan tidur. Jadi, menafikan kantuk tidak berarti otomatis menafikan tidur.

لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي اْلأَرْضِ

"Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi."

Semesta alam ini adalah hamba dan kepunyaan Allah, serta di bawah kekuasaan-Nya. Tidak ada yang bisa menjalankan suatu kehendak kecuali dengan kehendak Allah.

مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ

"Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya."

Memberi syafaat maksudnya menjadi perantara bagi orang lain dalam mendatangkan manfaat atau mencegah bahaya. Inti syafaat di sisi Allah adalah doa. Orang yang mengharapkan syafaat Nabi shallallahu 'alahi wa sallam berarti mengharapkan agar Nabi shallallahu 'alahi wa sallam mendoakannya di sisi Allah. Ada syafaat yang khusus untuk Nabi Muhammad, seperti syafaat untuk dimulainya hisab di akhirat, dan syafaat bagi penghuni surga agar pintu surga dibukakan untuk mereka. Ada yang tidak khusus untuk Nabi shallallahu 'alahi wa sallam, seperti syafaat bagi orang yang berhak masuk neraka agar tidak dimasukkan ke dalamnya, dan syafaat agar terangkat ke derajat yang lebih tinggi di surga.

Jadi, seorang muslim bisa memberikan syafaat untuk orang tua, anak, saudara atau sahabatnya di akhirat. Akan tetapi, syafaat hanya diberikan kepada orang yang beriman dan meninggal dalam keadaan iman. Disyaratkan dua hal untuk mendapatkannya, yaitu:

Izin Allah untuk orang yang memberi syafaat.
Ridha Allah untuk orang yang diberi syafaat.


Oleh karena itu, seseorang tidak boleh meminta syafaat kecuali kepada Allah. Selain berdoa, hendaknya kita mewujudkan syarat mendapat syafaat; dengan meraih ridha Allah. Tentunya dengan menaatiNya menjalankan perintahNya semampu kita, dan meninggalkan semua laranganNya.

يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ

"Dia mengetahui apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka."

Ini adalah dalil bahwa ilmu Allah meliputi seluruh makhluk, baik yang ada pada masa lampau, sekarang maupun yang akan datang. Allah mengetahui apa yang telah, sedang, dan yang akan terjadi, bahkan hal yang ditakdirkan tidak ada, bagaimana wujudnya seandainya ada. Ilmu Allah sangat sempurna.

وَلاَ يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَا شَاءَ

"Dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah kecuali dengan apa yang dikehendaki-Nya."

Tidak ada yang mengetahui ilmu Allah, kecuali yang Allah ajarkan. Demikian pula ilmu tentang dzat dan sifat-sifat Allah. Kita tidak punya jalan untuk menetapkan suatu nama atau sifat, kecuali yang Dia kehendaki untuk ditetapkan dalam al-Quran dan al-Hadits.

وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ

"Kursi Allah meliputi langit dan bumi."

Ibnu Abbas radhiallahu 'anhu menafsirkan kursi dengan berkata:

الكُرْسيُّ مَوْضِعُ قَدَمَيْهِ

"Kursi adalah tempat kedua telapak kaki Allah." (HR. al-Hakim no. 3116, di hukumi shahih oleh al-Hakim dan adz-Dzahabi)

Ahlussunnah menetapkan sifat-sifat seperti ini sebagaimana ditetapkan Allah dan Nabi shallallahu 'alahi wa sallam, sesuai dengan kegungan dan kemuliaan Allah tanpa menyerupakannya dengan sifat makhluk.

Ayat ini menunjukkan besarnya kursi Allah dan besarnya Allah. Dalam sebuah hadits, Nabi shallallahu 'alahi wa sallam bersabda:

مَا السَّمَاوَاتُ السَّبْع مَعَ الكُرْسِيِّ إِلاَّ كَحَلْقَةٍ مُلْقَاةٍ بِأَرْض فَلاَةٍ

"Tidaklah langit yang tujuh dibanding kursi kecuali laksana lingkaran anting yang diletakkan di tanah lapang." (HR. Ibnu Hibban no.361, dihukumi shahih oleh Ibnu Hajar dan al-Albani)

وَلاَ يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا

"Dan Allah tidak terberati  pemeliharaan keduanya."

Seorang ibu, tentu merasakan betapa lelahnya mengurus rumah sendirian. Demikian juga seorang kepala desa, camat, bupati, gubernur atau presiden dalam mengurus wilayah yang mereka pimpin. Namun, tidak demikian dengan Allah yang Maha Kuat. Pemeliharaan langit dan bumi beserta isinya sangat ringan bagi-Nya. Segala sesuatu menjadi kerdil dan sederhana di depan Allah.

وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ

"Dan Dia Maha Tinggi lagi Maha Besar."

Allah memiliki kedudukan yang tinggi, dan dzat-Nya berada di ketinggian, yaitu di atas langit (di atas singgasana). Dalam sebuah hadits, Nabi shallallahu 'alahi wa sallam bertanya kepada seorang budak perempuan: "Di mana Allah?"

Ia menjawab, "Di langit."

Nabi shallallahu 'alahi wa sallam bertanya, "Siapa saya?"

Ia menjawab, "Engkau adalah Rasulullah."

Maka, Nabi shallallahu 'alahi wa sallam berkata kepada majikannya (majikan budak perempuan tersebut -ed), "Bebaskanlah ia, karena sungguh dia beriman!" (HR. Muslim no. 537)

Jelaslah bahwa keyakinan sebagian orang bahwa Allah ada dimana-mana bertentangan dengan al-Qur'an dan al-Hadits.

Demikian pula Allah memiliki kedudukan yang agung dan dzatnya juga agung sebagaimana ditunjukkan oleh keagungan kursiNya dalam ayat ini.

Kesimpulan:

Semua ayat al-Qur'an agung. Adapun ayat yang paling agung adalah ayat kursi.
Disunnahkan untuk membaca ayat ini setiap selesai shalat wajib, pada dzikir pagi dan sore, dan sebelum tidur.
Penegasan kalimat tauhid.
Arti al-Hayyu dan al-Qayyum yang menunjukkan seluruh nama Allah yang lain.
Semua bentuk  kekurangan harus dinafikan dari Allah.
Arti syafaat dan syarat memperolehnya.
Ilmu Allah sangat sempurna.
Kita hanya menetapkan untuk Allah nama dan sifat  yang ditetapkan oleh Allah dan RasulNya sesuai dengan keagungan dan kemuliaanNya, tanpa menyerupakannya dengan nama dan sifat makhluk.
Arti dan keagungan kursi Allah.
Ketinggian dan keagungan Allah dalam dzat dan kedudukan.
Kesalahan orang yang mengatakan Allah ada di mana-mana.
Penetapan banyak nama dan sifat Allah yang menunjukkan kemuliaan dan kesempurnaan-Nya.


Wallahu a'lam.

Referensi:

Al-Quran dan  Terjemahnya
Tafsir Ibnu Katsir
Fathul Qadir, asy-Syaukani
Taysirul Karimir Rahman, Abdurrahman as-Sa'di
Shahih al-Bukhari
Shahih Muslim
Al-Mu'jam al-Kabir, ath-Thabrani
al-Mustadrak, al-Hakim.
Shahih Ibnu Hibban
Shahih Targhib wa Tarhib, al-Albani
Silsilah Ahadits Shahihah, al-Albani
Fathul Majid, Abdurrahman bin Hasan
Fiqhul Asma'il Husna, Abdurrazzaq al-Badr
Al-Qamus al-Muhith, al-Fairuzabadi


Ibnu Abil 'Izz al-Hanafi berkata: "...tiada kehidupan untuk hati, tidak ada kesenangan dan ketenangan baginya, kecuali dengan mengenal Rabbnya, Sesembahan dan Penciptanya, dengan Asma', Sifat dan Af'al (perbuatan)-Nya, dan seiring dengan itu mencintai-Nya lebih dari yang lain, dan berusaha mendekatkan diri kepada-Nya tanpa yang lain..." (Syarah al-Aqidah ath-Thahawiyyah)

***

Penulis: Ustadz Anas Burhanuddin, Lc.
Artikel www.muslim.or.id

Artikel diambil dari Muslim.or.id: Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah - http://muslim.or.id
Silakan kunjungi alamat lengkap artikel ini: http://muslim.or.id/al-quran/tafsir-ayat-kursi.html

Rabu, 18 November 2009

Soal Jawab: Istiqomah, Khalwat, Menikah, dan Ketindihan

Pertanyaan:

Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Ustadz, saat ini saya sedang menghadapi beberapa masalah yang sangat mengacaukan pikiran saya. Alhamdulillah sekarang ini saya mulai belajar menjadi seorang salafi (sebelumnya saya akhwat suatu harakah. Perlu disebutkan? Saya Eks. Tarbiyah). Tapi alhamdulillah sekarang dah berlepas diri dari harakah itu. Sekarang saya lagi bingung, di tengah semangat2nya "ngaji" & menjadi salafi, ujian datang dari berbagai pihak. Keluarga, kantor, teman2 kuliah. Apalagi sejak di media massa santer diberitakan tentang terorisme, keluarga jadi pasang lampu kuning untuk saya. Mereka menganggap akhwat bercadar, berjilbab gelap & lebar identik dengan teroris (di TV, koran sering muncul keluarga & istri Amrozi dkk yang bercadar). Bagaimanakah cara menjelaskan kepada keluarga & teman2 bahwa salafi TIDAK Ada kaitannya dengan terorisme?? Karena mereka sering mengkomentari, bahkan mengejek saya begini "Tuh temen2 kamu (ketika keluarga Amrozi dkk muncul di TV/koran )."

Yang kedua, bolehkah ikhwan dan akhwat saling mengirim sms, email, chatting? Apakah hal itu termasuk khalwat?

Yang ketiga, saya pengin segera menikah. Saya sudah bekerja, dan saya takut terkena fitnah dengan ikhwan (makanya saya pengen menyegerakan menikah), tapi saya baru 19 tahun, ortu pun pasti tidak setuju karena masih mengharapkan saya untuk menyelesaikan kuliah dulu (baru semester 1). Bagaimanakah hukum menikah bagi saya?

Dan bagaimana cara untuk meluluhkan hati ortu saya?

Kemudian, sejak dulu saya sering tindihan. Tapi sekarang dah jarang. Padahal sebelum tidur saya tidak lupa berdoa & wudhu? Apakah saya perlu diruqyah? Sekian pertanyaan dari saya, Jazakallah khair…

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Jawaban Ustadz:

Waalaikum Salam Warohmatullah,

Adapun komentar orang-orang termasuk dari keluarga, teman-teman bahwasanya yang penampilannya seperti mereka lihat para teroris adalah dianggap hal yang wajar karena pada umumnya manusia terbiasa mengelompokkan dari sisi dhohir/tampilan luar walaupun sesungguhnya mereka salah karena pada kenyataan sehari-hari, tidak setiap yang berpenampilan sama di dalamnya (hakikatnya) juga sama. Mereka sendiri yang mengatakan rambut sama hitam tapi hati berbeda. Itu juga disebabkan kerena kebodohan mereka terkait dengan pakaian dan tampilan dhohir/luar, apa yang menjadi semestinya menjadi kewajiban seorang muslim maka yang perlu dijelaskan pada mereka adalah kaidah tadi, tidak setiap yang berpenampilan sama itu sama dalam seluruh sisi, kebetulan saja kami dengan mereka memiliki kesamaan dalam berpegang teguh dalam urusan berpakaian yang menjadi kewajiban seorang muslim (jilbab, cadar, jenggot, dan memendekkan celana di atas mata kaki -ed).

Kalau mereka mempertanyakan dalilnya bisa anti tunjukkan dalil dari hadits, Al Qur'an dan akhlaq salaf, yang bisa anti dapatkan dalam buku tafsir sampai buku-buku terjemahan yang tentunya ditafsirkan oleh ulama terpercaya. Anti bisa menjadikan alat bantu seperti membaca majalah Al Furqon, Fatawa tentang terorisme dan Buletin At Tauhid Edisi 44, 2 Desember 2006 yang juga membahas terorisme dan bom. Untuk ikut menjelaskan bahwa inilah kami yang berbeda dengan mereka. insya Allah mereka akan paham jika kita justru ikut mengutuk perbuatan tersebut. [pada website ini juga banyak terdapat artikel yang membahas tentang permasalahan jihad dan terorisme, silahkan merujuk artikel-artikel pada kategori "Manhaj" -ed]

Kita mampu menjelaskan hakikat mereka (para teroris tersebut). Dimana letak kesalahan dan pelanggaran yang ada pada mereka yang kita berlepas diri dari pelanggaran tersebut. Kita jelaskan latar belakang mengapa mereka bisa berbuat demikian, keyakinan apa yang melandasinya sehingga mereka sampai berbuat demikian. Yang jelas kita sampaikan bahwasanya kita berlepas diri dari perbuatan mereka dan ikut membantu untuk menyebarkan bahwa perbuatan itu salah dan menyimpang, namun ingat bahwa yang berpenampilan sama itu tidak sama juga dalam seluruh sisi.

Khusus pada keluarga, Anti jelaskan bahwa dalam berbuat, Anti berdasarkan alasan (dalil yang shohih), tidak sembrono, tidak asal berbuat tanpa dalil dan perbuatan Anti tersebut merujuk pada Islam dari dulu (Salafush Sholih). Apa yang Anti amalkan sudah diamalkan oleh kaum muslimin sejak zaman Rasulullah, para sahabat, diteruskan dari generasi ke generasi, yang amalan ini telah banyak ditinggalkan kaum muslimin. Sekarang Anti juga bisa jelaskan pada orang tua atau yang lainnya, lihatlah orang-orang Arab pakaiannya juga hitam-hitam tapi tidak teroris. Pakaiannya semua sama, wanitanya berjubah, bercadar tapi tidak semua dicap teroris, padahal sama semua (secara dhohir). Kadang di televisi ada siaran langsung haji di bulan Dzulhijah, mereka bisa lihat bagaimana masyarakat Arab berpakaian. Mereka tidak dicap teroris kan?

Adapun orang-orang yang tidak bisa ditemui/berbicara langsung dengan mereka, ya wajar saja memberlakukan sama dengan teroris tersebut. Yang terpenting adalah keluarga kita yang kita ajak bicara, teman-teman kita, teman kantor, teman dekat atau teman kuliah yang langsung berinteraksi dengan kita yang tatkala mereka menyatakan "Tuh liat teman-teman kamu". Maka Anti jelaskan dari referensi yang telah saya sebutkan tadi untuk menjelaskan pada mereka.

Itulah kenyataan bahwa mengapa mereka berpakaian seperti itu, karena itu adalah syariat Islam, menuntut pakaian wanita adalah menutup auratnya, lebar, besar, dan diwajibkan sebagaimana yang dipraktekkan masyarakat Arab yang merupakan tempat turunnya wahyu yaitu Saudi Arabia dan sekitarnya. Itu sebagai tambahan penjelasan untuk membuka jalan pikiran bahwasanya itu merupakan pakaian yang disyariatkan Islam dan tidak ada hubungannya dengan terorisme sama sekali. Adapun kebetulan sama karena pelaku teroris tersebut berniat mengamalkan Islam dalam sebagiannya tapi salah dalam sebagian yang lain.

***

Saling mengirim sms, email, chatting tidaklah termasuk khlawat, karena yang termasuk khalwat adalah orang berduaan saja tanpa orang lain. Kalau bercampur baur laki-laki dan perempuan namanya ikhtilath. Kedua hal tersebut haram menurut syariat.

Adapun saling mengirim sms, email, chatting selama ada hajat/kebutuhan (bukan dicari-cari alasan untuk saling kirim sms, email) maka boleh saja. Selama aman dari fitnah. Batasannya selama aman dari fitnah. Karena boleh seorang laki-laki bicara dengan seorang wanita selama aman dari fitnah, tidak khalwat dan ada kebutuhan.

***

Hukum menikah bagi Anti tergatung walinya. Kalau walinya tidak bersedia menikahkan maka tidak bisa menikah KECUALI Anti bisa lapor pada hakim/pihak KUA/Pengadilan Agama: "Saya pengin menikah tapi orang tua saya tidak mau menikahkan". Jika kemudian pihak hakim memenangkan tuntutan Anti untuk menikah maka orang tua akan dipaksa menikahkan kalau tidak mau menikahkan maka hakim yang akan menikahkan, dan itu SAH. Itu kalau Anti mau melakukannya, kalau tidak ya bicara baik-baik pada orang tua, jelaskan bahwa sangat berbahaya kalau tidak segera menikah sementara Anti sudah sangat ingin menikah. Adapun masalah kuliah itu tergantung nanti bagaimana suaminya. Kalau suaminya menghendaki meneruskan ya diteruskan, kalau suaminya tidak menghendaki diteruskan ya tidak diteruskan. Atau kemudian disyaratkan pada suaminya untuk sampai melanjutkan menikah dengan syarat melanjutkan kuliah. Hal tersebut jika suaminya setuju dan tergantung bentuk kuliah. Apakah kuliahnya adalah yang diperbolehkan
syariat atau tidak, ini perlu pembahasan tersendiri.

Yang terpenting adalah bicara pada orang tua secara baik-baik dari hati ke hati bahwa tuntutan menikah bagi Anti memang sudah sangat mendesak dan cara meluluhkan hati orang tua adalah dengan bicara baik-baik dari hati ke hati, sampaikan bahwa konsep kebahagiaan menurut Anti karena sering berbeda dengan konsep kebahagiaan menurut orang tua.

Konsep kebahagiaan menurut Anti adalah tatkala seseorang melaksanakan syariat Allah dengan sungguh-sungguh, itulah orang bahagia. Sekali lagi, jelaskan pada orang tua secara baik dan hikmah, dari hati ke hati bahwasanya walau baru 19 tahun tapi kalau sudah dewasa. Sudah berpikir tentang tahu arti sebuah bahagia. Namanya bahagia yaitu hanya kalau mengikuti syariat Allah dan orang yang bertaqwa pada Allah adalah bahagia tatkala tunduk pada syariat Allah dan sengsara/susah tatkala melanggar syariat Allah Ta'ala.

***

Insya Allah tidak perlu ruqyah karena tindihan adalah hal biasa. Walaupun mungkin tidak terlepas dari gangguan jin, tapi insya Allah tidak perlu diruqyah. Sering-sering lah minta dan berdoa pada Allah. Ta'awudz minta perlindungan Allah, demikian juga ketika tindihan, berlindunglah pada Allah. insya Allah segera sembuh dari tindihan.

Catatan:Jawaban ustadz ini kami ketik ulang dari rekaman suara ustadz ketika menjawab pertanyaan ini secara langsung (lisan) -ed.

***

Penanya: Ummu Faiz
Dijawab Oleh: Ustadz Abu Isa
Artikel www.muslim.or.id

Artikel diambil dari Muslim.or.id: Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah - http://muslim.or.id
Silakan kunjungi alamat lengkap artikel ini: http://muslim.or.id/soal-jawab/soal-jawab-istiqomah-khalwat-menikah-dan-ketindihan.html